MASALAH TRANSPORTASI
PERSAINGAN SENGIT
DI AKAR RUMPUT (GO-JEK) VS PANGKALAN OJEK
Penerapan aplikasi teknologi memudahkan warga dan membantu
pemerintah yang sampai saat ini belum bisa menyediakan fasilitas transportasi
publik memadai. Akan tetapi, kesenjangan dalam kemampuan menerima dan
menggunakan aplikasi memicu masalah sengit di akar rumput.
Beberapa tahun terkahir , mendadak jalanan ibu kota diwarnai
pengemudi Go-Jek. Menyusul, Grabbike. Berkat penerapan aplikasi ojek sepeda motor menjadi bisnis menggiurkan.
Penumpang diuntungkan karena tarif rasional dan ada jaminan asuransi. Pendapadatan
si pengojek pun meningkat . tukang ojek menjadi pekerjaan baru yang didambakan
kaum urban.
senin (29/6), sejak pukul 06.30 marsiah (50) sudah antri
mendaftar sebagai pengemudi di kantor Gojek , kebayoran baru, Jakarta selatan
Gedua dua lantai itu di sesaki ratusan pendaftar pengemudi. Dia dan belasan
perempuan lainnya berdesakan diantara para lelaki.
Warga Cinere Depok Jawa Barat, Membawa SIM , STNK dan buku
nikah sebagai syarat. Mendaftar menjadi pengemudi.
Siapapun diterima katanya, kerja disni bisa dapat uang
lumayan. Saldo tetangga saya Rp 10 juta.
Padahal baru beberapa bulan kerja,” Ujarnya.
Beni setiawan (19), mahasiswa sebuah perguruan tinggi
swasta, menuturkan, pengemudi Gojek yang ia tumpangi menawari pekrjaan
sampingan di Gojek karena pendapatannya banyak , jadilah ia ikut mengantri
mendaftar bersama Marisah.
Heru, tukang ojek yang tergabung dalam Grabbike, sudah
mendapat uang Rp. 1,2 juta dalam sepekan. Penghasilan di Grabbike menjadi
tambahan besar disamping pekerjaan nya disebuah minimarket dengan Gaji Rp. 2,7
juta perulan.
Pengemudi juga mendapatkan jaket dan helem gratis. Satu helem
lagi disediakan untuk penumpang. Heru juga mengatakan pengemudi juga dibekali
dengan ponsel pintar untuk
mengakses pesanan. Ponsel seharga 800.000 ini dicicil dari pemasukannya. Pola serupa
diterapkan di Gojek.
Chief Executive Officer (CEO) Go-Jek Nadiem makarim
menuturkan, Jumlah pengemudi Gojek sudah Sampai 10.000.
“Setiap hari , 200
oarng mendaftar menjadi pegemudi “ Ujarnya.
Rifat sungkar, Founder Rifat drive Labs, Yang bekerjasama
dengan Gojek, menuturkan, setiap hari akan dilatih 120 pengemudi. “Kami
mengajarkan teknik keselamatan dan pertahanan berkendaraan agar pengemudi
memberikan rasa aman bagi penumpang. “ Ujarnya.
Berbeda dengan marsiah, Benny, juga Heru yang begitu
bersemangat, Muslam (50) dan sekitar delapan tunkang ojek mengobor
santai sembari tidur-tiduran dipangkalan ojek kebon jeruk, Selasa (30/6). Disamping
lokasi pangkalan ojek itu ada warung kelontong.
Muslam tinggal di Ciledug, Tangerang, Sejak pukul 07.30
hingga 11.00 di pangkalan itu, ia baru mendapatkan Rp. 20.000 dari satu
penumpang. Dari tempat mangkal Muslam terlihat pengojek berjaket dan berhelem
hijau berseliweran.
“sekarang banyak penumpang dari kompleks dan karyawan
memesan lewat Go-Jek,” kata mantan petugas keaman yang sudah 14 tahun ngojek
demi mencukupi kebutuhan keluarganya.
Lelaki yang biasa dipanggil Bang Black ini mengaku kesulitan
mengoperasikan ponsel Android. Sehari-hari menggunkan ponsel hanya sekedar
untuk mengirim pesan singkat dan telfon. Untuk itu dia tidak tertarik masuk
Gojek. Rekannya Sanuri (57) juga tidak lancar menggunakan telpon seluller. Fisiknya
pun tak lagi prima.
Berbeda dengan Go-Jek yang mengambil penumpang dengan sistem
berdadu paling cepat ngeklik pesanan. Di ojek pangkalan mereka tidak boleh
mangkal di daerah orang. Mereka juga biasa antri mengambil penumpang demi
menghindari konflik sosial diantara mereka.
Kehadiran Go-Jek dan Grabbike otomatis merusak tatan itu. Orang
bisa kapan pun dan dimana pun memesan ojek. Tak mengherankan banyak
bermuncuclan penolakan, bahkan percikan konflik antara konvensional dan yang
berbasis aplikasi. Kini, hanya sesama orang tua yang tidak melek teknologi dan
pelanggan lama yang masih menggunakan jasa Muslan dan kawan-kawan.
“Kami justru ingin merangkul tukang ojek bergabung. Sudah banyak
yang bekerjasama dengan kami dan
meninggalkan pangkalannya “ kata Nadiem.
Bagi Muslam dan kawan-kawan penyelesaian konflik bukan
sesederhana itu. Dia dan beberapa pengojek yang lebih tua berharap pemerintah
berkeadilan dalan menyingkpi kesenjangan ini. Entah dengan membuat paguyuban
pelatihan safety riding atau kegiatan
lain. Harapan Muslam itu terkait dengan posisi ojek sepeda motor di Jakarta
yang meskipun tidak diakui pemerintah sebagai moda angkutan umum tetap menjadi
andalan ditengah kemacetan dan terbatasnya pelayanan transportasi publik.
Terhitung hingga akhir tahun 2014 ada sekitar 13 juta sepeda
motor yang berkeliaran di Jakarta. Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya
Komisaris besar Muhamad Iqbal menyatakan. Pengendara sepeda motor tercatat
sebagai pelanggar aturan lalulintas tertinggi dan paling sering terlibat kecelakaan.
Sepeda motor tidak di design untuk berkendaraan jarak jauh terlebih untuk
angkutan umum. (DEA/ART/RTS/RAYB08)
Sumber : koran Kompas Hari Sabtu , 04 Juli 2015.
"Hi!..
BalasHapusGreetings everyone, my name Angel of Jakarta. during my
visiting this website, I found a lot of useful articles, which indeed I was looking earlier. Thanks admin, and everything."
Ejurnalism