Gedung Juang 45 Tambun Selatan Bekasi |
Tambun Selatan, Bekasi
Hallo sobat netter salam kemerdekaan ya. Hari ini kita
memperingati hari kemerdekaan bangsa Kita Indonesia. Penulis kali ini
mengisinya dengan kegiatan menulis tentang Kecamatan Tambun Selatan dan Sejarah
Gedung Juang yang dulunya sebagai gedung pertahanan Bangsa Indonesia dari
penajajah. yang saat ini posisinya terletak di depan pasar Tambun.
Oke langsung saja cekidot......
Sumber Dari Wikipedia bahasa Indonesia,
Kecamatan Tambun Selatan adalah sebuah kecamatan di wilayah
Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Indonesia.
Wilayah administrasi
Terdiri dari 1 kelurahan dan 9 desa
Jatimulya
Lambangjaya
Lambangsari
Mangunjaya
Mekarsari
Setiadarma
Setiamekar
Sumberjaya
Tambun (tempat tinggal phitoy
waktu kecil )penulis blog
Tridayasakti (tempat tinggal
phitoy sekarang)
Sejarah Gedung Juang 45 Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi.
Sumber dari : http://tamsel.bekasikab.go.id
Kembali tentang gedung Juang Bekasi, Seperti halnya daerah
lain di Indonesia, Bekasi yang letaknya berdampingan dengan Jakarta memiliki
sejarah perjuangan melawan penjajah yang tak kalah heroik. Perjuangan rakyat
Bekasi sempat diabadikan dalam puisi terkenal karya Chairil Anwar,
Karawang-Bekasi.
Yang menarik, Bekasi masih memiliki gedung bersejarah
peninggalan pra masa kemerdekaan yang dikenal sebagai Gedung Tinggi yang
terletak di jalan Sultan Hasanudin, dekat Pasar Tambun dan Stasiun kereta api
Tambun. Gedung Tinggi ini sekarang dikenal sebagai gedung juang 45. Bangunan
berarsitektur neoklasik ini dibangun oleh tuan tanah Kow Tjing Kie pada tahun
1910. Gedung tinggi ini merupakan salah satu gedung bersejarah yang turut
menjadi saksi bisu perjuangan rakyat Bekasi saat revolusi fisik. Ketika itu
daerah Tambun dan Cibarusah menjadi pusat kekuatan pasukan republik Indonesia
(RI). Perlu diketahui bahwa pada saat revolusi kemerdekaan, garis demarkasi
yang memisahkan daerah Republik Indonesia dengan daerah kekuasaan Belanda
terletak didaerah Sasak Jarang, sekarang menjadi perbatasan antara kecamatan
Bekasi Timur dengan Kecamatan Tambun dan merupakan perbatasan Kota Bekasi
dengan Kabupaten Bekasi.
Gedung Juang Tempo Dulu
Gedung Juang Tempo Dulu / doeloe |
Akibat serangan bertubi-tubi, pertahanan pasukan Belanda di
Bekasi sering ditinggalkan. Mereka kemudian memusatkan diri ke daerah Klender
Jakarta Timur. Sebaliknya, para pejuang Indonesia menjadikan gedung tinggi ini
sempat dijadikan sebagai pertahanan di front pertahanan Bekasi- Jakarta.
Dikuasai Tuan Tanah
Setelah pasukan Belanda meninggalkan Bekasi. Gedung Juang
yang terdiri dari dua lantai ini, dimiliki dan dikuasai seorang tuan tanah
keturunan Cina bernama Kouw Oen Huy. Tuan tanah yang berhasil menguasai ratusan
hektare tanah di Kecamatan Tambun, bahkan memiliki perkebunan karet. Ia
digelari ‘Kapitaen’.
Ia tidak hanya menguasai tanah di Tambun tapi juga daerah
Tekuk Pucung yang jaraknya puluhan kilometer dari Tambun, termasuk di daerah
Cakung, juga menjadi milik tuan tanah ini.
Gedung Juang yang kini menjadi perkatoran milik Pemerintah
Kabupaten Bekasi, dibangun dua tahap, tahun 1906 dan tahun 1925. Pada awalnya,
di bagian halaman muka Gedung Juang ini, dijadikan taman buah yang diantaranya
banyak ditanami pohon mangga yang pada saat itu belum pernah dikenal masyarakat
Tambun dan Bekasi.
Tuan tanah Kouw Oen Huy, menguasai bangunan tua ini hingga
1942. Selanjutnya, tahun 1943, bangunan bersejarah tersebut berada di bawah pengawasan
pemerintahan Jepang hingga tahun 1945. Tentara Jepang, juga menggunakan
bangunan tua ini sebagai pusat kekuatannya dalam menjajah Indonesia.
Pada masa perjuangan kemerdekaan 1945, bangunan yang
berlokasi di atas tanah sekitar 1000 meter ini, diambil alih oleh Komite
Nasional Indonesia (KNI) untuk dijadikan sebagai Kantor Kabupaten Jatinegara.
Pada masa itu, Bekasi dijadikan sebagai daerah front pertahanan, maka gedung
tersebut berfungsi juga sebagai Pusat Komando Perjuangan RI dalam menghadapai Tentara
Sekutu yang baru selesai perang dunia kedua.
Di gedung yang mempunyai makna monumental ini, perudingan
dan pertukaran tawanan perang terjadi. Lokasi pelaksanaan pertukaran tawanan
sendiri dilakukan di dekat Kali Bekasi yang kini tidak jauh dari rumah
pegadaian Bekasi. Banyak tentara Jepang meninggal dibantai dan dibuang di Kali
Bekasi, membuat setiap tahun tentara Jepang selalu melakukan tabur bunga di
kali yang membentang kota Bekasi ini.
Dalam pertukaran tawanan, pejuang-pejuang RI oleh Belanda dipulangkan
ke Bekasi, dan tawanan Belanda oleh pejuang RI dipulangkan ke Jakarta lewat
kereta api yang lintasannya persis berada di belakang Gedung Juang. Gedung yang
tidak jauh dari Pasar Tambun Bekasi ini, juga pernah dijadikan sebagai Pusat
Komando Perjuangan RI pada masa perjuangan fisik. Gedung ini selalu menjadi
sasaran tembak pesawat udara dan meriam Belanda. Banyak keanehan pada gedung
ini. Ketika meriam Belanda dijatuhkan di atas bangunan tersebut, ternyata
meriam itu tidak meledak dan hanya merusak sebagian kecil bangunan.
Gedung Juang 45 saat ini
Akhir 1947, ketika Belanda menghianati perundingan
Linggarjati tanggal 21 Juli, Belanda mengadakan aksi pertama (dikenal sebagai
Agresi Militer Belanda Pertama). Mengingat gedung ini merupakan markas basis
pertahanan, maka tidak mengherankan bila di sekitar gedung ini sering terjadi
pertempuran dan pembantaian yang bertubi-tubi. Bahkan gedung ini pernah di
duduki Belanda/NICA hingga tahun 1949. Namun, gedung yang sangat mempunyai
nilai sejarah dan merupakan kebanggaan mayarakat Bekasi ini, kembali berhasil direbut
oleh pejuang Bekasi pada awal 1950.
Museum Perjuangan Bekasi
Setelah masa perjuangan merebut kemerdekaan, gedung ini
mengalami berbagai perkembangan dan perubahan fungsi. Selain bangunan
bersejarah, bangunan tersebut sering digunakan sebagai pusat aktivitas.
Di antaranya, tahun 1950 setelah Tambun dikuasai lagi oleh
Republik Indonesia, gedung ini diisi dan ditempati pertama sekali oleh Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Bekasi.
Juga pernah digunakan sebagai kantor Jawatan Pertanian dan
jawatan-jawatan lainnya sampai akhir 1982. Bangunan yang berada di bagian timur
Bekasi ini, juga sempat dijadikan sebagai tempat persidangan-persidangan DPRDS,
DPRD-P, DPRD TK II Bekasi dan DPRD-GR hingga tahun 1960.
Tahun 1951, di gedung ini sempat diisi oleh pasukan TNI
Angkatan Darat Batalyon “Kian Santang”. Batalyon Kian Santang ini sekarang
menjadi bagian dari Kodam III Siliwangi. Tahun 1962, kemudian gedung ini dibeli
Pemerintah Propinsi Jawa Barat. Ketika peristiwa Gerakan G 30S/PKI pecah,
gedung ini juga sempat dijadikan sebagai penampungan Tahanan Politik (Tapol)
PKI.
Mengingat letaknya yang strategis, oleh Pemerintah Kabupaten
Bekasi saat Bupati Bekasi dijabat Abdul Fatah, bangunan ini sempat dijadikan
sebagai tempat perkuliahan bagi mahasiswa Akademi Pembangunan Desa (APD) yang
merupakan cikal bakal pembangunan perguruan tinggi di Bekasi, dan kini dikenal
dengan Universitas Islam 45 (Unisma).
Manfaat lain gedung ini, juga sempat digunakan sebagai
Kantor BP-7 dan Kantor Legiun Veteran. Tahun 1999, di gedung menjadi
sekretraist Pemilu. Lalu menjadi kantor Dinas Kebersihan dan Pertamanan,
Sekretarit Kantor Pepabri dan Wredatama. Kini gedung yang menghadap timur ini,
menjadi kantor Dinas Lingkungan Hidup dan Kantor Tenaga Kerja Pemertintah
Kabupaten Bekasi.
Suasana gedung kuno terasa melingkupi seluruh gedung,
apalagi gedung ini cukup luas dan terasa senyap jika tidak ada kegiatan yang
melibatkan orang ramai. Yang ramai justru suara burung Walet dan kelelawar…
Gedung ini sempat diabadikan dalam film “Lebak Membara”,
dimana HIM Damsyik sebagai pejuang tewas setelah jimat kebal pelurunya
tersangkut dipagar saat hendak menurunkan bendera musuh dihalaman gedung Tinggi.
Jika suatu saat datang ke Bekasi, sempatkan datang ke Gedung
Tinggi. Jika menjadi warga Bekasi, sayang sekali jika tidak tahu sejarah
perjuangan Rakyat Bekasi yang salah satu monumen dan saksi bisunya adalah
Gedung kuno yang bernama Gedung Tinggi Tambun.
Demikianlah sekilaas informsi tentang sejarah Gd Juang Tambun selatan Semoga Teman-teman netter khususnya yang tinggal di Bekasi dan Tambun Selatan mengetahui sejarah tempat kalian tinggal......
By : Phitoy